CEO
Nokia, Elop menunjukkan lensa Carl Zeiss di belakang Nokia Lumia 900
saat pembukaan Consumer Electronics Show
Dari
sebuah bengkel kecil di kota Jena, negara bagian Thuringia, Jerman,
Carl Zeiss AG kini menjadi sebuah ikon lensa dengan jumlah karyawan
lebih dari 20 ribu orang.
Semua ini berawal pada 17 November 1846, Carl Zeiss, 30 tahun, membuka bengkel optik kecil di Jalan Neugasse no.7. Zeissan University of Jena, menjadi pendiri sekaligus satu-satunya karyawan.
Hanya dalam beberapa bulan, Zeiss sudah mendapat beberapa klien yang memesan rupa-rupa peralatan optik-teleskop, kaca mata, alat gambar-atau memintanya memperbaiki perkakas mereka. Melihat bisnisnya terus tumbuh, setahun kemudian Zeiss merekrut dua karyawan magang dan menyewa bengkel lebih besar di Jalan Wagnergasse No. 34.
Atas saran dari dosen di University of Jena, Mattias Jacob Schleiden, Zeiss fokus menggarap bisnis mikroskop. Pada September 1847, bengkel Carl Zeiss berhasil membuat mikroskop berdaya rendah (low-power microscope) pertama. Pada tahun pertama, dia berhasil menjual 23 mikroskop.
Tak puas dengan mikroskop berdaya rendah, Zeiss mulai mengembangkan kemampuan untuk membuat mikroskop majemuk yang lebih rumit, dengan kemampuan pembesaran lebih tinggi, dan yang pasti, lebih mahal harganya. Mikroskop majemuk menggunakan beberapa lensa sekaligus. Order ke bengkel Zeiss pun terus mengalir.
Sadar bahwa perusahaannya perlu fondasi inovasi dan ilmiah lebih kuat, Zeiss membujuk Dr. Ernst Ebbe, dosen matematika di University of Jenna, bergabung dengan perusahaannya. Pilihan Zeiss tak salah. Atas bantuan Dr. Ebbe, Zeiss berhasil memperbaiki proses pembuatan lensa. Dr. Ebbe pula yang menemukan formula untuk meningkatkan ketajaman gambar di sekitar poros optikal. Ketika Carl Zeiss meninggal pada 1888, Ernst Ebbe yang memegang kendali atas perusahaan Carl Zeiss.
Paul Rudolph yang berjasa bagi Carl Zeiss sehingga reputasinya sebagai pembuat lensa fotografi mendunia. Pada 1890, Paul merancang lensa asimetris yang sering dikenal dengan nama Anastigmat. Ada tiga seri lensa ini yakni seri III, IV dan V. Belakangan tiga seri lensa ini lebih dikenal dengan nama Protar.
Selain memproduksi sendiri lensa-lensanya, Zeiss juga memberikan lisensi kepada pembuta lensa lain seperti Hasselblad, Yashica, Voigtländer, Bausch & Lomb, Ross, Koristka, Krauss, Kodak, Sony, dan sebagainya, untuk memanfaatkan teknologi lensa dari kota Jena ini.
Lensa-lensa Carl Zeiss ini dipakai untuk pelbagai keperluan, mulai dari lensa kaca mata, lensa mikroskop, teropong, teleskop, peralatan militer, hingga kamera. Saat ini, misalnya, Zeiss sedang merancang lensa optik untuk teleskop James Webb Space yang bakal menggantikan teleskop Hubble Space.
Di ponsel, pada 27 April 2005, Carl Zeiss AG sepakat dengan Nokia untuk memasok lensa kamera di ponsel Nokia N90. Spesifikasi kamera Nokia N90 ini bisa dibilang salah satu yang paling unggul kala itu. Namun sungguh sayang, seperti penilaian Cnet dan GSMArena, ukuran ponsel ini kelewat besar dan harganya sangat mahal, sekitar Rp 9 juta.
Pada Mei 2012 kemarin, Carl Zeiss AG dan Nokia kembali memperbarui kerjasamanya untuk beerapa tahun lagi. Zeiss akan menjadi pemasok setia untuk ponsel-ponsel kelas atas Nokia seperti Nokia Lumia 900 dan Nokia 808 PureView.
Simak penilaian TechRadar soal kualitas kamera Lumia 900. "Kontras dan saturasi warna di atas rata-rata kamera ponsel. Kualitas gambar di luar ruangan juga sangat bagus ketika matahari bersinar terik," TechRadar menulis. "Tapi hasil foto dalam ruangan mengecewakan. Lampu kilat Lumia 900 juga tak banyak membantu, menghasilkan banyak red eye."
Majalah Wired juga memberikan kesimpulan serupa. Dengan lensa dari Carl Zeiss, harapan terhadap kualitas foto dari kamera Lumia 900 sangat tinggi. "Tapi detail foto tak sebagus seharusnya. Kamera ini juga bermasalah dalam urusan pencahayaan." Pada akhirnya, kamera bukan semata lensa, tapi banyak komponen lain yang menentukan mutu sebuah foto
Semua ini berawal pada 17 November 1846, Carl Zeiss, 30 tahun, membuka bengkel optik kecil di Jalan Neugasse no.7. Zeissan University of Jena, menjadi pendiri sekaligus satu-satunya karyawan.
Hanya dalam beberapa bulan, Zeiss sudah mendapat beberapa klien yang memesan rupa-rupa peralatan optik-teleskop, kaca mata, alat gambar-atau memintanya memperbaiki perkakas mereka. Melihat bisnisnya terus tumbuh, setahun kemudian Zeiss merekrut dua karyawan magang dan menyewa bengkel lebih besar di Jalan Wagnergasse No. 34.
Atas saran dari dosen di University of Jena, Mattias Jacob Schleiden, Zeiss fokus menggarap bisnis mikroskop. Pada September 1847, bengkel Carl Zeiss berhasil membuat mikroskop berdaya rendah (low-power microscope) pertama. Pada tahun pertama, dia berhasil menjual 23 mikroskop.
Tak puas dengan mikroskop berdaya rendah, Zeiss mulai mengembangkan kemampuan untuk membuat mikroskop majemuk yang lebih rumit, dengan kemampuan pembesaran lebih tinggi, dan yang pasti, lebih mahal harganya. Mikroskop majemuk menggunakan beberapa lensa sekaligus. Order ke bengkel Zeiss pun terus mengalir.
Sadar bahwa perusahaannya perlu fondasi inovasi dan ilmiah lebih kuat, Zeiss membujuk Dr. Ernst Ebbe, dosen matematika di University of Jenna, bergabung dengan perusahaannya. Pilihan Zeiss tak salah. Atas bantuan Dr. Ebbe, Zeiss berhasil memperbaiki proses pembuatan lensa. Dr. Ebbe pula yang menemukan formula untuk meningkatkan ketajaman gambar di sekitar poros optikal. Ketika Carl Zeiss meninggal pada 1888, Ernst Ebbe yang memegang kendali atas perusahaan Carl Zeiss.
Paul Rudolph yang berjasa bagi Carl Zeiss sehingga reputasinya sebagai pembuat lensa fotografi mendunia. Pada 1890, Paul merancang lensa asimetris yang sering dikenal dengan nama Anastigmat. Ada tiga seri lensa ini yakni seri III, IV dan V. Belakangan tiga seri lensa ini lebih dikenal dengan nama Protar.
Selain memproduksi sendiri lensa-lensanya, Zeiss juga memberikan lisensi kepada pembuta lensa lain seperti Hasselblad, Yashica, Voigtländer, Bausch & Lomb, Ross, Koristka, Krauss, Kodak, Sony, dan sebagainya, untuk memanfaatkan teknologi lensa dari kota Jena ini.
Lensa-lensa Carl Zeiss ini dipakai untuk pelbagai keperluan, mulai dari lensa kaca mata, lensa mikroskop, teropong, teleskop, peralatan militer, hingga kamera. Saat ini, misalnya, Zeiss sedang merancang lensa optik untuk teleskop James Webb Space yang bakal menggantikan teleskop Hubble Space.
Di ponsel, pada 27 April 2005, Carl Zeiss AG sepakat dengan Nokia untuk memasok lensa kamera di ponsel Nokia N90. Spesifikasi kamera Nokia N90 ini bisa dibilang salah satu yang paling unggul kala itu. Namun sungguh sayang, seperti penilaian Cnet dan GSMArena, ukuran ponsel ini kelewat besar dan harganya sangat mahal, sekitar Rp 9 juta.
Pada Mei 2012 kemarin, Carl Zeiss AG dan Nokia kembali memperbarui kerjasamanya untuk beerapa tahun lagi. Zeiss akan menjadi pemasok setia untuk ponsel-ponsel kelas atas Nokia seperti Nokia Lumia 900 dan Nokia 808 PureView.
Simak penilaian TechRadar soal kualitas kamera Lumia 900. "Kontras dan saturasi warna di atas rata-rata kamera ponsel. Kualitas gambar di luar ruangan juga sangat bagus ketika matahari bersinar terik," TechRadar menulis. "Tapi hasil foto dalam ruangan mengecewakan. Lampu kilat Lumia 900 juga tak banyak membantu, menghasilkan banyak red eye."
Majalah Wired juga memberikan kesimpulan serupa. Dengan lensa dari Carl Zeiss, harapan terhadap kualitas foto dari kamera Lumia 900 sangat tinggi. "Tapi detail foto tak sebagus seharusnya. Kamera ini juga bermasalah dalam urusan pencahayaan." Pada akhirnya, kamera bukan semata lensa, tapi banyak komponen lain yang menentukan mutu sebuah foto
sumber: http://yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar