Secara geografis, Pulau Sempu terletak di antara 112° 40′ 45″ - 112° 42′ 45″ bujur timur dan 8° 27′ 24″ - 8° 24′ 54″ lintang selatan. Pulau itu memiliki luas sekitar 877 hektar, berbatasan dengan Selat Sempu (Sendang Biru) dan dikepung Samudera Hindia di sisi selatan, Timur dan Barat.
Pulau Sempu dapat ditempuh dari Malang melalui Pantai Sendang Biru, dan penyeberangan menggunakan perahu nelayan, serta mendapat perijinan.
Pulau
Sempu memiliki empat ekosistem yakni ekosistem hutan mangrove,
ekosistem hutan pantai, ekosistem danau dan hutan tropis dataran
rendah. Sesuai penelitian beberapa ahli, iklim kawasan pulau Sempu
termasuk tipe C dengan curah hujan rata-rata 2.132 mm per tahun.
Musim hujan umumnya terjadi pada bulan Oktober dan April, sedangkan
musim kemarau terjadi antara bulan Juli sampai September.
Di
pulau Sempu terdapat lebih dari 223 jenis tumbuhan, dan 144 lebih
jenis burung spesies bart dan mamalia dan hewan langka lainnya.
Malah, di pulau itu masih ada macan Tutul serta 20 spesies Macan
Kumbang. Penjaga pulau dari BKSDA menyebut, binatang buas itu sering
tampak di sekitar Telaga Lele dan Teluk Semut.
Untuk
masuk ke Sempu, Anda harus mendapatkan izin dari pengelola karena
pulau ini adalah sebuah cagar alam yang dilindungi. Sangat
disayangkan bukan, jika pulau yang cantik ini sampai rusak oleh
tangan-tangan pengunjung tak bertanggung jawab. Setelah mendapat
izin, kita bisa menyewa perahu untuk menyeberang ke Pulau Sempu,
satu perahu bias memuat sampai 10 orang, dan dikenakan biaya
100 ribu untuk antar jemput. Kita akan diantarkan sampai ke Teluk
Semut yang ada di sisi utara pulau.
Kemudian
perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menembus hutan tropis
dataran rendah.
pengunjung harus melewati medan cukup sulit hingga bersudut kemiringan 60 derajat. Yang paling menantang tentu saja saat melewati jembatan dari pohon rubuh yang terbentang di atas sungai alam. Apabila beruntung, bisa menjumpai gerombolan monyet liar bergelantungan di atap hutan. Suara burung hutan pun ikut menyemarakkan perjalanan ini . Dua jam kemudian aroma pantai sudah menyergap, ketika perairan Segara Anakan sudah terlihat begitu hutan tropis berakhir.
pengunjung harus melewati medan cukup sulit hingga bersudut kemiringan 60 derajat. Yang paling menantang tentu saja saat melewati jembatan dari pohon rubuh yang terbentang di atas sungai alam. Apabila beruntung, bisa menjumpai gerombolan monyet liar bergelantungan di atap hutan. Suara burung hutan pun ikut menyemarakkan perjalanan ini . Dua jam kemudian aroma pantai sudah menyergap, ketika perairan Segara Anakan sudah terlihat begitu hutan tropis berakhir.
Segara
Anakan adalah satu pantai kecil yang berpasir putih. Tak ada satupun
hunian ditempat itu, sehingga jika ingin menginap harus membawa tenda
dan peralatan petualangan lainnya. Air Danau Segara Anakan sebenarnya
berasal dari air Laut Samudera Hindia. Air itu masuk melalui lubang
bulat besar di tebing bagian tenggara. Sehingga saat ombak masuk, air
akan terlihat begitu indah bak semburan sang naga. Lamat-lamat dari
pantai Segara Anakan, masih terdengar debur Samudera Hindia
menghantam tebing curam di sisi selatan Pulau Sempu. Jika naik ke
atas tebing di sisi Segara Anakan, bakal terlihat hamparan Samudera
Hindia yang amat luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar