BlackBerry. (foto: Ubergizmo)
JAKARTA - Nasib BlackBerry yang kerap didera berbagai macam perkara belakangan ini semakin membuat hari depan perusahaan asal Kanda itu tidak jelas. Mulai dari perangkat yang tak laku di pasaran, bermasalah pada aplikasi andalan BlackBerry Messenger (BBM), hingga perusahaan yang niatnya dijual namun tak ada yang berminat membeli, dan terakhir digugat oleh investornya sendiri. Mau ke mana BlackBerry?
Founder Indonesian Cloud Forum yang juga pakar dalam mengamati perkembangan telekomunikasi, Teguh Prasetya, menyangsikan hal tersebut pada perusahaan yang dulunya bernama Research In Motion ini. Menurutnya, BlackBerry telah kalah dalam berbagai aspek untuk bersaing dengan rival-rivalnya di dunia smartphone.
"Sekarang yang jadi pertanyaan, BlackBerry mau ke mana?" kata Teguh saat dihubungi Okezone, Jumat (11/10/2013). Ia mempertanyakan arah tujuan BlackBerry ini bukan tanpa dasar. Teguh mengakarkan permasalahan dari berbagai kendala yang didapat oleh BlackBerry belakangan ini.
"Sekarang kita lihat, BlackBerry Messenger untuk Android dan iOS sudah tak ada kabar sampai sekarang. BlackBerry sudah kalah dalam persaingan instant messenger dengan aplikasi lain," tutur Teguh menjelaskan.
Ia mengatakan saat ini pengguna memiliki banyak alternatif untuk layanan messenger yang bahkan lebih baik dari BBM. "Seperti LINE, dia memiliki fitur seperti stiker dan lain-lain yang tidak ada pada BBM," lanjut Teguh. Ia juga menekankan bahwa pengguna BBM yang 65 juta tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan WhatsApp, LINE, WeChat, dan bahkan BBM ala Samsung, ChatOn.
Selain itu, Teguh melanjutkan, BlackBerry juga sudah kalah dalam segi platform. Perangkat BlackBerry kalah saing di pasaran dengan merek-merek lain. Penjualannya lesu, dan smartphone keluaran terbaru dari BlackBerry banyak yang tidak laku. "Seperti ponsel barunya, BlackBerry hanya menyasar kelas high-end, dan itu tak laku. BlackBerry tidak meluncurkan produk untuk semua segmentasi. Sedangkan segmentasi di Indonesia banyak di kelas menengah," terang Teguh.
Menurut Teguh, layanan aplikasi dan handset BlackBerry harus dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan pasar jika perusahaan asal Kanada tersebut masih ingin berdiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar